Padang, Padang Ekspres (24 April 2009). Pemeritah daerah perlu memberikan ruang kepada pengusaha muda untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Kendati memiliki kompentesi yang tak kalah dengan pengusaha luar atau lebih senior, namun pemerintah seakan-akan kurang memberi kepercayaan. Diskusi terbatas BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumbar dengan awak redaksi Padang Ekpres, kemarin, Ketua BPD HIPMI Sumbar Erick Hariyona kembali ingin menularkan virus pengusaha kepada generasi muda. “Kita merasa dianaktirikan pemerintah sewaktu ingin terlibat dalam pengerjaan proyek daerah. Padahal kemampuan kita tak kalah-kalah amat dengan pengusaha luar,” kata Erick yang tak lain putra calon DPD Sumbar Emma Yohana. Dari segi bisnis, kata Erick, menggunakan kemampuan pengusaha lokal lebih menguntungkan ketimbang pengusaha luar. Ambil contoh pembangunan plasa. Biasanya biaya pembangunan itu diperoleh dengan meminjam ke Bank Nagari, sehingga sebenarnya tak ada uang dari luar yang masuk. “Kalau-kalau pembayaran kreditnya lancar, tentu tidak masalah. Tapi kalau sebaliknya, sang investor bisa saja lari ke luar daerah dan menyisakan persoalan terhadap Bank Nagari. Tapi kalau menggunakan jasa pengusaha, sebenarnya jauh lebih aman. Selain menetap, mereka juga mempertaruhkan jalannya nama baik usahanya,” kata Erick. Kurang diberi tempatnya pengusaha muda dirasakan Ronald. Biarpun memiliki batu bara berkualitas, tak otomatis pengusaha muda leluasa untuk mensuplai batu bara untuk PT Semen Padang. Ia harus menggunakan pengusaha lain. Untuk mengakses kredit perbankan, menurutnya juga belum memberi kemudahan pada pengusaha muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar