Sabtu, 15 Agustus 2009

ERICK : HIPMI tetap Independen

PADANG-Padangmedia.com, 17/06/2009. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Barat Eric Hariyona mengatakan kegiatan itu diselengarakan untuk membedah visi dan misi calon presiden dan calon presiden agar masyarakat mengaetahui. “Dari undangan yang hadir seperti mahasiswa dan pemilih pemula, tidak lain agar meraka lebih mengetahui program yang ditawarkan masing-masing calon lima tahun kedepan,” kata Eric Hariyona. HIPMI mengadakan kegiatan itu untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat tanpa ada intervensi dari pihak manapun. “Keberadaan HIPMI dalam kegiatan itu independen dan kegiatan itu keberjasama dengan Komunitas Jurnalis Muda (KJM) Sumatera Barat dengan mengundang seluruh tim kampanye daerah calon presiden dan calon wakil presiden,” katanya.

Jumat, 24 April 2009

ERICK Hariyona : "Beri Ruang pada Pengusaha Muda"

Padang, Padang Ekspres (24 April 2009). Pemeritah daerah perlu memberikan ruang kepada pengusaha muda untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Kendati memiliki kompentesi yang tak kalah dengan pengusaha luar atau lebih senior, namun pemerintah seakan-akan kurang memberi kepercayaan. Diskusi terbatas BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumbar dengan awak redaksi Padang Ekpres, kemarin, Ketua BPD HIPMI Sumbar Erick Hariyona kembali ingin menularkan virus pengusaha kepada generasi muda. “Kita merasa dianaktirikan pemerintah sewaktu ingin terlibat dalam pengerjaan proyek daerah. Padahal kemampuan kita tak kalah-kalah amat dengan pengusaha luar,” kata Erick yang tak lain putra calon DPD Sumbar Emma Yohana. Dari segi bisnis, kata Erick, menggunakan kemampuan pengusaha lokal lebih menguntungkan ketimbang pengusaha luar. Ambil contoh pembangunan plasa. Biasanya biaya pembangunan itu diperoleh dengan meminjam ke Bank Nagari, sehingga sebenarnya tak ada uang dari luar yang masuk.

“Kalau-kalau pembayaran kreditnya lancar, tentu tidak masalah. Tapi kalau sebaliknya, sang investor bisa saja lari ke luar daerah dan menyisakan persoalan terhadap Bank Nagari. Tapi kalau menggunakan jasa pengusaha, sebenarnya jauh lebih aman. Selain menetap, mereka juga mempertaruhkan jalannya nama baik usahanya,” kata Erick. Kurang diberi tempatnya pengusaha muda dirasakan Ronald. Biarpun memiliki batu bara berkualitas, tak otomatis pengusaha muda leluasa untuk mensuplai batu bara untuk PT Semen Padang. Ia harus menggunakan pengusaha lain. Untuk mengakses kredit perbankan, menurutnya juga belum memberi kemudahan pada pengusaha muda.

ERICK Hariyona : "Sengketa Lahan Masih Momok Investasi"

Padang, Padang Ekspres. Kerapnya terganggunya aktivitas investor di Sumbar, sepatutnya perlu dikritisi oleh berbagai pihak, terutama pemerintah daerah. Sebagai pihak regulator, pemda berkewajiban memberikan rasa aman bagi investor yang berinvestasi di Sumbar secara umum, atau pun di berbagai kabupaten/kota. ”Tanpa adanya jaminan keamanan, dikhawatirkan akan membuat para investor itu hengkang dari Sumbar. Bila sudah begitu, banyak kerugian yang dialami daerah termasuk masyarakat,” kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumbar Erick Haryona kepada Padang Ekspres, Senin (20/4)

Agar permasalahan itu tidak berlarut-larut, pemerintah daerah diminta serius untuk menangganinya, sekaligus menciptakan kenyaman dan keamanan berinvestasi. Aspek itu cukup penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Erick menambahkan, kasus yang sering dirasakan investor di Sumbar itu adalah perkara sengketa lahan perkebunan sawit dengan masyarakat setempat. Misalnya dialami PT Minang Agro di Kabupaten Agam dengan ninik mamak Suku Tanjung Jorong Tiku. Kemudian kasus lahan lainnya yang ada di beberapa daerah lagi. Melihat dari kejadian di atas, lanjutnya, instansi terkait dalam persoalan itu diharapkan bisa menciptakan kondisi yang kondusif berinvestasi. ”Jangan cuma bisa mengajak investor untuk berinvestasi saja. Tapi juga harus mampu ciptakan suasana nyaman ke investor agar betah berinvestasi. Di samping itu kepastian hukum juga perlu dilakukan,” ujarnya. Untuk kasus lahan PT Minang Agro, Erick menyebutkan, sudah diketahui lahan tersebut merupakan hutan produksi yang dikonversi. Seperti tertuang di dalam SK Menteri Kehutanan No 258 tahun 1987.

Di tempat terpisah, Rimaison Syarief SH, seorang praktisi hukum yang pernah menanggani beberapa perkara lahan perkebunan sawit di Sumbar mengatakan, tak dapat dipungkiri lahan perkebunan kerap dipermasalahkan. Baik antara warga setempat dengan investor. Sayangnya dalam penyelesaiannya, sikap pemerintah masih setengah-setengah. Seharusnya proaktif menyelesaikan sengketa lahan yang terjadi. Sertifikat hak guna usaha (HGU) dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional untuk investor perkebunan, berdasarkan kesepakatan yang diberikan pemerintah kabupaten/kota kepada investor. Intinya, lahan HGU itu merupakan tanah negara, bukan tanah ulayat. Ketika suatu kaum menyerahkan lahan kepada pemerintah maka tanah itu menjadi milik negara.

ERICK Hariyona : "Saudagar Minang Optimis Hadapi Krisis Global"

VIVAnews - Perkumpulan Saudagar Muda Minang (SMM) menargetkan 10 ribu anggota yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. Padahal, perkumpulan itu baru saja dilantik Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 12 Oktober 2008. "Sekarang yang mendaftar baru 1.200 anggota," kata Ketua Umum Saudagar Muda Minang Fahira Fahmi Idris di Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2008. Fahira mengatakan, Saudagar Muda Minang sedang mengejar sejumlah proyek investasi dan berkonsentrasi pada potensi wisata Sumatera Barat. Di antaranya, penyusunan peta wisata Sumatera yang terinspirasi dari negara Singapura dan renovasi gedung-gedung kuno untuk hotel hunia di Padang dan Bukittinggi. "Konsep hotel tidak akan bergaya mewah, yang terpenting nyaman dengan ruang serba guna yang optimal.

Dia menambahkan, di sektor bisnis, perkumpulan juga akan mengaktifkan jejaring melalui minang card dan penguatan sistem keamanan kebakaran pada perusahaan-perusahaan minyak di Sumatera Barat. Bahkan, Minang Trading House sudah dibangun di Jalan Kemang Selatan No. 6. Fahira mengakui, saat ini belum ada pembahasan anggaran dan pendanaan. Namun, nantinya sumber pendanaan akan diambil dari anggota Saudagar Muda Minang di masing-masing divisi, jejaring, dan beberapa bank pemberi kredit. Menanggapi menjamurnya warung makan Padang di Indonesia, Fahira mengatakan, perkumpulan berniat memfasilitasi bahan baku rumah makan tersebut dari produksi Sumatera Barat sendiri. "Bayangkan, jika 23.600 warung Padang yang setiap hari membutuhkan 20 kelapa, sebanyak 400 ribu kelapa yang bisa diambil dari Sumatera Barat," jelasnya.

Dalam kepengurusannya tambah dia, Saudagar Muda Minang akan bersinergi dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Barat. Sementara itu, Ketua HIPMI Sumatera Barat Erick Hariyona mengatakan, optimistis proyek investasi Saudagar Muda Minang tidak akan terpengaruh krisis global. "Yang mengkhawatirkan adalah naiknya BI rate yang berpengaruh pada kredit usaha kecil dan menengan," kata Erick di tempat yang sama.

ERICK Hariyona : Ketua Umum BPD-HIPMI Sumbar (2008-2011)

PADANG EKSPRES - Seperti diprediksi sebelumnya, Erick Hariyona terpilih sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumbar periode 2008-2011. Direktur PT Barettamuda Pratama itu terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Daerah (Musda) IX HIPMI Sumbar, di Pangeran’s Beach Hotel Padang, kemarin. Sebelumnya, sempat mengapung nama tiga kandidat lainnya yang bakal bertarung dalam perebutan tampuk kursi orang nomor satu di organisasi tempat berhimpunnya para pengusaha muda Ranah Minang itu. Mereka adalah Bonny Hidayat Hans, Reza Sadat Shameini dan Syarbaini. Hanya saja, saat pemilihan, ketiga kandidat tersebut menyatakan mengundurkan diri. Kepada Padang Ekspres usai pemilihan, Erick Hariyona menyebutkan akan merealisasikan sejumlah program kerja yang direkomendasikan pada rapat Komisi. Sejalan dengan itu, jajaran pengurus yang akan dibentuk membuat akan membuat sejumlah terobosan. Di antaranya menjalin hubungan yang baik dengan para stakeholder, melibatkan jajaran pegusaha muda, menghidupkan bisnis centre di sekretariat HIPMI, serta sejumlah program strategis lainnya. Muara dari semua itu, adalah memberdayakan para pengusaha muda Sumbar, sehingga bisa eksis dan disegani di kancah nasional.

“Seperti diketahui, beberapa dekade sebelumnya, HIPMI Sumbar termasuk salah satu yang diperhitungkan di kancah nasional. Nah, kami berkeinginan gezah dan marwah tersebut hendak kembali bisa tercipta,” ungkap Erick, sapaan akrab Erick Hariyona. Pengusaha muda kelahiran Padang, 23 Oktober 1982 itu juga menyebutkan, pihaknya akan mendukung sepenuhnya program “Sejuta Entreprenuer” yang dicanangkan Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI, 2007 lalu. “Program ini harus didukung. Karena, jika para entreprenuer sudah tercipta, otomatis lapangan pekerjaan tercipta. Dengan sendiri, jumlah anngka pengangguran akan bisa ditekan,” ungkap pengurus Kadin Sumbar dan Gapeksindo Sumbar itu.

Untuk merampungkan kabinetnya, Erick Hariyona yang ditunjuk sebagai ketua tim formatur dengan dibantu empat formatur lainnya; Rinaldo Azwar (Ketua Pengda sebelumnya), Bonny Hidayat Hans, Reza Sadat Shameini dan Syarbaini, berjanji akan tuntus dalam waktu dekat. “Paling tidak menjelang pelantikan, yang diperkirakan awal Juni mendatang, semuanya sudah rampung,” bebernya. Sebelumnya, Ketua Kadin Sumbar Asnawi Bahar sangat berharap kepada pengurus terpilih bisa mengayomi para pengusaha muda daerah ini. Dan kepada pengusaha muda yang belum bergabung dihimbau untuk berbaur. “HIPMI adalah organisasi tempat belajar bagi pengusaha muda. Banyak pengusaha muda nasional beranjak dari organisasi ini. Sebut saja misalnya, Jusuf Kalla, Agung Laksono, Fahmi Idris, Aburizal Bakri, Siswono Y. Sementara di tingkat Sumbar, seperti Fairus Bakhtiar Kahar, Ambrial Hasan, Irfianda Abidin, Budi Syukur, saya sendiri, adalah produk yang pernah dihasilkan HIPMI. Peran sentral sebagai pelanjut tonggak estafet kaderisasi pengusaha muda harus dilanjutkan pengurus sekarang,” harap Asnawi. Asnawi mengajak pengusaha muda untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan etika bisnis yang benar. “Jika sudah mapan, segeralah bergerak ke sektor riil. Jangan lagi berharap kepada “kue” pemerintahan daerah yang jumlahnya terbatas dan diperebutkan banyak orang. Apalagi, sejak beberapa dekade, nyaris tidak ada pengusaha minang yang sukses di kancah nasional. Tak salah, Pak Yusuf Kalla meledek kita dengan sebutan, pengusaha Minang dua langkah lebih maju pengusaha Cina (maksudnya pedagang kaki lima yang menggelar dagangan dua langkah di tempat usaha pendagang Cina). Ini merupakan tamparan sekaligus cambuk bagi kita untuk bisa berbuat lebih baik,”beber Asnawi